Sunday, December 22, 2019
Cerita Seks Janda Amoy Geboy
Cerita Seks Janda Amoy Geboy. Ini pengalamanku yaitu bisa ngewe dengan janda kira kira terjadi 1 tahun kemarin dimana pengalaman ini juga menjadi pertama kalinya berhubungan badan dengan wanita yang lebih tua denganku biasanya aku ngewe dengan gadis gadis ABG, maka dari itu pengalaman specialku aku akan bagikan pada pecinta cerita dewasa kali ini.
Kebetulan anak dari sepupuku ini sudah ditempat kost, karena mereka lebih dekat dari tempat kuliahnya. Aku kadang-kadang mampir ketempatnya, untuk mengobrol maupun mendengar keluh kesah dia, karena dari kecil kami sangat akrab.Aku mempunyai saudara sepupu bernama Monica yang umurnya kurang lebih 45 tahun. Dia sudah menjanda selama tiga tahun. Sekarang dia tinggal di salah satu perumahan yang tidak terlalu besar maupun kecil.
Suatu saat aku mampir, terlihat beberapa teman sepupuku yang sedang bertamu. Biasanya aku langsung ke ruang tamu dibelakang, membaca koran, majalah atau menonton televisi. Karena aku pikir mereka sedang mengobrol seputar cowok atau mengenai salon.
Lalu aku dipanggil oleh sepupuku untuk diperkenalkan kepada teman-temannya. “Kenalin nich Mbak Lusi dan Mbak Nita” kata sepupuku.
Aku menjabat tangan satu persatu teman sepupuku ini. Karena mereka sepertinya sangat santai sekali cara mengobrolnya, aku agak sungkan lalu aku ke belakang kembali.
Kudengar cara mereka bicara seperti anak-anak seumur tujuh belas tahun, mungkin bila di depan anak-anak mereka, tidak begitu cara mereka berbicara. Mereka tinggal di perumahan Bintaro, bila dengar cerita sepupuku Mbak Lusi baru enam bulan ini ditinggal oleh suaminya karena kecelakaan pesawat terbang, sedangkan Mbak Nita adalah seorang istri pejabat yang sering ditinggal suaminya keluar negeri.
Mbak Lusi mempunyai tubuh padat, kulit putih, tinggi kurang lebih 165 cm. Sedangkan Mbak Nita agak langsing dengan payudara yang agak lumayan menonjol serta mempunyai warna kulit yang sama dengan Mbak Lusi.
“Mon aku pulang dulu yach, tuch sudah dijemput anakku, masalahnya aku mau ke Bogor ada acara arisan” kata Mbak Nita.
“Lho aku pulang dengan siapa nich” sela Mbak Lusi.
“Gampang nanti diantar oleh adik gue” jawab Monica seraya menepuk bahuku.
“Wach enggak ngerepotin nich Mas” kata Mbak Lusi kembali.
“Enggak koq Mbak” jawabku. Lalu aku disuruh menemani Mbak Lusi mengobrol, karena sepupuku Monica hendak mandi.
Kulihat Mbak Lusi memakai rok hitam serta blazer berwarna pink, duduk santai dikarpet membaca majalah sambil meluruskan kakinya.
Kulihat begitu bening kulit dipahanya. Lalu kami mengobrol panjang lebar, tapi kulihat dari pandangan Mbak Lusi agak sedikit genit, sehingga membuatku pusing juga. Setelah Monica selesai mandi, Mbak Lusi mohon pamit.
“Mas tolongin dong, maklum nich sudah tua” sambil minta tolong kepadaku supaya meraih kedua tangannya untuk berdiri.
“Ha ha ha Lusi.. Lusi.. Makanya minum jamu dong” ledek Monica terhadapnya.
“Aduch.. Koq begini yach pinggangku” jawab Mbak Lusi sambil menunduk memegang pinggangnya.
“Nach lho.. Kenapa nich” tanya Monica.
“Enggak tahu nich” jawab Mbak Lusi.
Lalu aku tuntun Mbak Lusi ke dalam mobil.
“Ok. Mon.. Sampai lusa yach bye.. bye.. ”
Dalam perjalanan Mbak Lusi duduk di depan, menemaniku membawa mobil, dia juga minta izin kalau dia mau rebahan sambil menurunkan sandaran jok kebelakang.
Kadang kucuri pandang paha Mbak Lusi yang agak tersingkap dari roknya.
“Mas sepertinya pinggangku agak salah urat nich saat duduk di karpet tadi”
“Wach itu harus cepat-cepat diurut lho.. Mbak” kataku. “Tapi mau cari tukang urut dimana, malam-malam begini” kata Mbak Lusi.
“Memang anak-anak Mbak enggak ada yang bisa mengurut Mbak?” tanyaku memancing.
“Mereka semua di Jogya Mas, kuliah disana” jawabnya.
“Yach kalau enggak keberatan, aku bisa sich mengurut pinggang Mbak Rika” pancingku lagi. “Yach udach.. ” jawabnya mengangguk.
Singkat cerita aku menunggu Mbak Lusi diruang tamu, karena dia sedang ganti baju sambil membuatkan aku teh manis.
Mbak Lusi keluar dari ruang tengah sambil membawa cangkir minuman untukku, dengan hanya mengenakan daster yang amat tipis, sehingga secara samar-samar terlihat BH serta celana dalamnya. Wach tambah pusing aku dibuatnya.
“Minum dulu dech Mas” sapa dia. Lalu aku diajak ke dalam kamar Mbak Lusi, untuk diurut.
“Mas bagian sini nich” sambil Mbak Lusi mengangkat dasternya hingga kebahunya dalam keadaan terlungkup ditempat tidur.
Memang Mbak Lusi ini mempunyai tubuh yang padat, hingga kedua belah bagian pantatnya tampak tersembul ke atas, dan yang lebih gilanya dia memakai celana dalam yang model belakangnya hanya seutas tali yang menyelip diantara kedua belah pantatnya.
Tak disangka hari ini aku menikmati pemandangan yang luar biasa indahnya. Lalu aku mengambil minyak dari keranjang yang telah dia sediakan, didalam keranjang itu juga ada beberapa botol alat-alat untuk mandi.
Aku mulai menggosok bagian pinggangnya dan kadang-kadang tanganku kusentuh pada bongkahan daging pada kedua belah pantatnya. Dia rupanya sangat menikmati urutan tanganku dipinggangnya, hingga dia terlelap tidur.
“Mbak gimana sudah agak enakan enggak?” tanyaku.
Dia kaget terbangun lalu, dia berkata “Mas bisa tolong sekalian betis kakiku enggak, masalahnya agak pegal-pegal juga nich”
“Yups.. ” jawabku singkat. Tampak Mbak Lusi agak merenggangkan kedua belah kakinya dan tetap dalam posisi terlungkup, tampak sekilas kulihat pinggiran lubang vagina Mbak Lusi tersembul diantara celana dalamnya yang memang hanya berbentuk segitiga pada bagian depannya.
Aku lalu menukar minyak gosok dengan body oil dalam keranjang diatas meja dekat tempat tidur Mbak Lusi. Aku mulai menggosok dari betis ke arah paha dengan melumurkan body oil agak banyak. Terus kuurut kedua belah betis Mbak Lusi hingga sampai kedua belah pahanya.
“Mas urutnya agak ditekan sedikit dibagian sini Mas, soalnya pegel amat sich” kata Mbak Lusi sambil menunjuk antara paha dan pantatnya dibagian belakang, lalu dia juga membuka tali dari celana dalamnya dan menariknya lalu ditaruhnya dekat bantal dikepalanya.
Makin jelas sudah kulihat vagina Mbak Lusi dari bagian belakang dan tampaknya bulu-bulu jembutnya dicukur bersih olehnya.
Aku mulai menekan pantatnya dengan kedua jempolku, dan kadang-kadang aku sentuh lubang anus Mbak Lusi dengan sentuhan halus.
“Och..” tampak Mbak Lusi mulai mendesah. Aku tuang body oil banyak-banyak dikedua bongkahan daging dipantatnya, lalu aku mulai menggosoknya turun naik dari kedua pahanya. Lalu Mbak Lusi menyuruhku menaruh body oil ditelapak tanganku, lalu dipegangnya tanganku dan ditaruh disela-sela lubang kemaluannya.
“Mas tolong gosok dibagian ini yach Mas” pintanya. Lalu aku mulai menggosok bibir kemaluannya mulai dari lubang anus Mbak Lusi.
“Och.. Mas teruskan Mas.. Och.. ” Kulihat Mbak Lusi mulai terangsang oleh sentuhan-sentuhan kelima jariku.
Tanpa buang waktu sambil menggosok body oil kumasukan jari tengahku ke dalam lubang kemaluannya, terus kulalukan beberapa kali, dan kulihat kedua tangan Mbak Lusi meramas keras sprei ditempat tidurnya.
Tiba-tiba Mbak Lusi bangun dari tempat tidurnya lalu menyerangku dengan ciuman dibibirku sambil mempermainkan lidahnya. Dan dia berbisik.
“Mas aku buka bajunya yach” Aku hanya mengangguk tanda setuju. Dilepaskannya baju dan celanaku, hingga tak selembarpun benang menempel ditubuhku.
“Daster Mbak aku buka juga yach” Diapun mengangguk setuju. Aku disuruhnya duduk disamping tempat tidurnya, lalu disodorkan kedua belah buah dadanya kemulutku, dan aku sambut dengan melumat kedua belah bongkahan daging kenyal didadanya.
Tangan kananku juga sudah bermain disekitar vagina Mbak Lusi, tampaknya bekas body oil yang tadi sudah bercampur dengan cairan bening dilubang kemaluan Mbak Lusi.
Dia makin mendekap kepalaku kedadanya, dan kadang-kadang pinggulnya menghentak-hentak ke arahku, saat jari-jariku keluar masuk ke dalam lubang kemaluannya.
Lalu dia jongkok dihadapanku dan mulai memasukan penisku ke dalam mulutnya, tampak penisku hilang ditelan oleh gumulan mulutnya hingga masuk menyentuh tenggorokannya. Rasa nikmat mulai menjalar keubun-ubun kepalaku.
Lalu dia permainkan lidahnya pada ujung bagian bawah penisku. Wach sangat pintar sekali pikirku Mbak Lusi ini cara merangsang laki-laki.
“Mas mau khan gantian” pintanya. Aku mengerti bahwa Mbak Lusi minta dijilati vaginanya.
Lalu dia mengambil handuk kecil, disemprotnya handuk tersebut dengan minyak wangi, yang kutahu bukan minyak wangi lokal, lalu dibersihkan selangkangannya dengan handuk tersebut. Lalu diapun tidur terlentang dengan mengganjal pantatnya dengan dua buah bantal tidurnya.
Maka tampak jelas lubang kemaluan Mbak Lusi yang telah mempunyai bibir disisi kanan kirinya dengan warna merah kecoklat-coklatan. Dan tampak pula lubang anus Mbak Lusi yang sudah berwarna coklat tua, pasti dia pernah bermain anal sex juga nich pikirku.
Dan memang tidak terlihat sehelai rambutpun disekitar kemaluan dan anusnya. Lalu aku mulai jilat bibir kemaluan Mbak Lusi, dan memang tidak tercium bau yang aneh-aneh, berarti memang Mbak Lusi sangat rajin merawat tubuhnya.
Dia mulai menggelinjang diatas tempat tidurnya, saat kusapu kemaluannya dengan lidahku. Lalu aku oleskan telunjukku dengan body oil, dan kumasukan pelan-pelan ke dalam lubang anusnya, berbarengan dengan lidahku mempermainkan kelentitnya.
“Och.. Och.. Och..!!” Tampak teriakan Mbak Lusi sepertinya tidak menghiraukan akan ada orang lain yang mendengarkannya.
“Teruskan Mas.. Jangan berhenti.. Och.” Terus kupermainkan kedua lubang Mbak Lusi, akhirnya dia memintaku untuk memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya.
“Mas.. Pakai kondom yach.., itu ambil didalam laci” Ternyata didalam laci kulihat bukan hanya kondom, tetapi ada beberapa penis yang terbuat dari karet elastis juga terdapat didalamnya. Setelah kupakai kondom, kumasukan penisku ke dalam kemaluannya, langsung aku hentak keras beberapa kali lubang kemaluannya.
Iapun mengimbangi dengan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, terus kulakukan permainan keras tersebut selama tiga puluh menit, hingga kulihat Mbak Lusi tidak lagi melakukan perlawanan. Sedangkan penisku belum ada tanda-tanda mau mengeluarkan pejunya, lalu aku cabut penisku dari lubang kemaluan Mbak Lusi.
Perlahan-lahan aku masukan ke dalam lubang anus Mbak Lusi sambil meneteskan body oil dibagian atas penisku.
“Pelan-pelan Mas..” Terus aku tekan penisku hingga terpendam habis dilubang anus Mbak Lusi, dan pelan-pelan juga aku tarik, lalu aku masukan kembali, sampai Mbak Lusi tidak membuat reaksi tanda sakit dilubang anusnya.
Aku mulai menggenjot tanpa henti penisku ke dalam lubang anusnya, dan karena tidak selonggar lubang kemaluan Mbak Lusi, pejuku mulai berlomba-lomba ingin keluar. Dan saat pejuku hendak muncrat kutekan penisku dalam-dalam sambil mencium bibir dan merangkul tubuh Mbak Lusi kuat-kuat.
Setelah itu aku terkulai disisi tubuh Mbak Lusi. Dan kulihat Mbak Lusi mencabut kondomku lalu membersihkan penisku dengan handuk kecilnya. Lalu iapun merangkul diriku, sambil berbisik. “Jaga rahasia kita berdua ini yach Mas..” Akupun mengangguk lalu kukecup keningnya, sambil merangkulnya erat-erat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment